28 December 2008

Tips Memulai Bisnis


Tips Memulai Bisnis



Kamis, 25 Desember 2008 | 14:18 WIB

Untuk memulai usaha memang dibutuhkan modal. Namun, menurut perencana keuangan Ligwina Hananto, modal awal tak bisa ditentukan jumlah pastinya. Modal awal bisa berupa uang, barang, bahkan jasa. Bila Anda memutuskan ingin menjadi seorang konsultan seperti yang dijalani Ligwina, misalnya, bisa jadi modal awal yang dibutuhkan bukan berupa uang, melainkan sebuah komputer atau laptop.

“Saya meminjam laptop mertua ketika baru memulai bisnis. Tidak apa-apa, yang penting berani menghadapi tantangan dan menjalani secara tekun. Ketika usaha ini sudah berjalan, baru mulai merapikan rencana bisnisnya. Saya pun pernah gagal, kok, dalam berbisnis. Memang, orang cenderung takut gagal karena berurusan dengan uang,” kisah Ligwina soal ihlwal usahanya.

Oleh karena itu, Ligwina menyarankan, saat akan memulai bisnis, awali dengan membereskan hal-hal kecil terlebih dahulu di dalam keluarga. Misalnya, menstabilkan dulu kondisi keuangan keluarga. Setelah itu, tetapkan hati mengenai usaha apa yang akan digeluti. Bila bidang yang akan dijalani sesuai dengan minat dan bakat, kata Ligwina, akan lebih mudah menjalaninya.

Bahkan, imbuhnya, memulai bisnis tak akan terganjal oleh waktu. Sebelum atau setelah pensiun pun membuka usaha tetap bisa dijalankan. Kendati demikian, bila seseorang baru memulai membuka usaha di usia yang sudah lanjut, kendalanya adalah penyesuaian diri dengan realitas masa kini yang akan menjadi lebih sulit.

Tak heran bila kemudian Ligwina menyarankan, bila ingin memulai usaha, lakukan dari sekarang tanpa perlu menunggu pensiun dan usia sudah semakin tua. “Pelan-pelan sajalah membuat rencana dari sekarang, ingin punya bisnis apa sambil menabung untuk mengumpulkan modalnya. Menurut saya, sudah enggak zamannya lagi sekarang hidup hanya mengandalkan dari gaji bulanan saja,” tukasnya.

Bila seseorang tak punya bakat berwirausaha, kata Ligwina, tak perlu berkecil hati dan menyurutkan niat untuk membuka usaha sendiri. Orang tipe seperti ini bisa mengandalkan aset aktif. “Ada tiga aset yang bisa dijalankan, yaitu usaha kecil seperti membuka warung gado-gado atau toko baju anak. Lalu usaha yang lebih besar seperti menyewakan rumah petak, kamar indekos, kios, atau apartemen. Terakhir surat berharga, artinya jika punya uang besar dapat dialihkan ke surat berharga yang bisa menghasilkan uang.”

Ligwina menyarankan, sebelum pensiun, idealnya setiap orang sudah memiliki ketiga aset tadi. “Paling tidak, punya satu aset saja, deh. Jadi tidak hanya mengandalkan gaji bulanan saja; dan jangan lupa, kondisi keuangan harus tetap sehat,” ingat Ligwina. Yang tak kalah pentingnya, berapa pun besarnya gaji Anda, usahakan agar selalu ada sisa untuk ditabung.

Namun, terkadang seseorang terkena penyakit panik ketika pensiun mendapat uang dalam jumlah besar. Bila tidak punya rencana yang jelas, kata Ligwina, sebanyak apa pun uang yang dimiliki akan habis percuma. Maka, akan lebih baik bila saat ini belum merencanakan akan membuka usaha, buat rencana jangka panjang yang akan dilakukan selepas pensiun.

“Buat rencana matang, uang berjumlah besar itu akan digunakan untuk apa saja, termasuk membuka usaha, misalnya. Jika bingung, serahkan saja persoalan ini ke perencana keuangan. Agar si pemilik uang juga tahu risikonya bila hartanya diinvestasikan; dan ingat, jika ingin berinvestasi, diperlukan mental yang kuat karena risikonya juga cukup tinggi,” tutur Ligwina mengingatkan. Nah, kapan Anda berani memulai?

04 December 2008

membangun jiwa kepemimpinan


“Kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggunganjawaban. Penguasa adalah pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin (rumah tangga suaminya), maka akan dimintai pertanggungjawabannya. Pelayan adalah pemimpin (atas harta tuannya), maka akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya. Oleh karena kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari-Muslim)

LeadershipSecara sederhana pemimpin sejati adalah mereka-mereka yang memiliki kemampuan menjelajahi hati pengikutnya. Hal itu ditandai dari kepemimpinannya yang apabila makin menempati posisi-posisi linggi, maka semakin tinggi pula kearifannya. Pemimpin semacam ini akan mampu membangkitkan kesadaran orang-orang yang dipimpinnya. Sehingga dengan kepemimpinannya akan membuat mau orang-orang yang dipimpinnya.

Adapun untuk memahami ini perlu diyakini bahwa bakat kepemimpinan itu sebenarnya tidak dilahirkan. Bakat tersebut muncul melalui keterampilan yang terus diasah dan ditumbuhkembangkan. Memang ada pemimpin yang hanya fasih berbicara. Namun sebelumnya, kalau ia tidak memiliki ilmu, ia tidak sering berlatih, maka bisa jadi kata-katanya terpeleset pada kesalahan. Begitu juga kalau ada seorang pemimpin yang berani. Kalau tidak sering-sering dilatih, maka keberaniannya suatu saat akan banyak berbuah kezaliman.

Seseorang bila disebut sebagai pemimpin cirinya dapat pula kita saksikan dari kematangan pribadi dan karyanya. Ia memiliki visi yang sangat jauh ke depan. Ia mampu menggali dan mensinergikan potensi. la iuga mampu memotivasi, bail lewat leteladanan maupun kata-katanya yang arif. Dan ini semua didapatkan melalui latihan-latihan yang memakan waktu cukup lama.

Di sini timbul pertanyaan, apa yang membedakan seorang pemimpin dengan manajer? Jawabannya adalah, pemimpin atau leader adalan orang yang bisa membangun semangat serta menumbuhkan ide dan gagasan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, selain bekerja, pemimpin itu memiliki kemampuan menjadikan orang-orangnya kaya akan ide-ide segar.

Seorang pemimpin mampu menyuruh karyawannya dengan menerapkan ide-ide orisinal yang ia telurkan, sehingga si karyawan yang disuruhnya tidak merasa disuruh. Sebaliknya, seorang manajer hanya berkemampuan mengarankan karyawan untuk bekerja dan menyelesaikan tugasnya dengan lebin baik.

Oleh sebab itu, untuk tampil menjadi seorang pemimpin, kita perlu mempunyai kesempatan menafakuri lingkungan sekitar. Pertama-tama, perlu membaca potensi diri. Setelah potensi diri dapat terbaca, baru meluaskan pengaruh dengan melihat potensi diluar diri.

Potensi-potensi ini, kalau tidak terbaca, suatu saat kelak ia akan tetap terpendam dan makin tak tergali. Padahal setiap orang di sekitar kita mempunyai pengalaman, mempunyai masa lalu. Mereka-mereka yang mempunyai pengalaman gagal di masa lalu sesungguhnya merupakan aset yang berharga. Karena, dengan bercermin dari kegagalan masa lampau, mereka akan lebih berhati-hati lagi dalam berusaha. Artinya, seorang pemimpin itu pada dasarnya adalah orang yang selalu belajar dan terus mengembangkan kemampuannya, sehingga ia menjadi contoh teladan bagi yang dipimpinnya.

Dalam hal ini, seandainya kita yang menjadi pemimpin, maka logikanya kita adalah contoh keteladanan. Orang-orang yang dipimpin akan mengikuti teladan pemimpinnya. Kalau pemimpinnya baik, rakyatnya selaku pengikut akan baik pula. Sebaliknya, kalau keteladanan pemimpinnya buruk, imbasnya ialah, rakyatnya pun ikut buruk.

Solusi setelah evaluasi mengenai kondisi kepemimpinan. Pemimpinnya harus ada kesadaran bahwa mereka adalah contoh buat rakyatnya, teladan bagi pengikutnya. Sehingga, kalau sudah merasa diri ini sebagai teladan, jangan pernah sedikit pun menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Jangan pernah melarang orang sebelum melarang diri sendiri. Di sini berlaku, “Kabura maqtan indallahi an taquulu ma laa taf aluun“. Amat besar kemurkaan Allah buat orang yang berkata tetapi tidak mengerjakan apa yang ia katakan. Jadi seimbangkan antara kata-kata dan perbuatan.

Jika saat ini kita disanjung banyak orang, dipuji banyak khalayak, pada dasarnya itu bukan karena kecerdasan kita, juga bukan karena gelar kita. Demi Allah! itu terjadi karena Allah sendiri yang menutupi aib kita, kekurangan kita. Kalau kemudian itu dibeberkan oleh-Nya, apa jadinya diri kita ini. Mudah-mudahan solusi pertama ini menjadi kesadaran global.

Yang kedua. Sudah saatnya, program “bening hati” ini disosialisasikan pada semua pihak. Tentunya dikerjakan secara sistematis berkesinambungan. Agar semua pihak punya pemahaman bahwa kebahagiaan hidup, kesuksesan hidup itu sebenarnya didirikan diatas fondasi kemuliaan akhlak. Sebab, kemuliaan itu bukan dilihat dari kehormatan orangnya, bukan dari kedudukannya atau hartanya yang banyak, tetapi dari kualitas akhlak orangnya. Nah, kalau program ini telah membudaya, bisa membuat semua orang lebih berpikir ke arah hakikat hidup yang sebenarnya, yang pada intinya berangkat dari kebeningan hati.

Jika yang pertama adalah contoh keteladanan dan yang kedua adalah pembinaan yang sistematis dan berkesinambungan. Maka yang ketiganya, semua itu harus dipelihara dengan sistem yang kondusif. Di mana sistem ini dibangun oleh orang-orang yang telah memperhatikan hatinya. Hasilnya akan terlihat dari produk yang mereka hasilkan. Misalnya, perundangan-undangan atau peraturan yang mereka keluarkan justru membuat keadilan makin tegak. Orang enggan untuk berbuat buruk karena adilnya peraturan yang dibuat oleh orang-orang yang memiliki keteladanan perilaku yang tinggi yaitu kemuliaan akhlak. Disini keadilan tegak tanpa kebencian.

Yang Terakhir, yang patut benar-benar kita perhatikan sesudah ketiganya terpenuhi adalah membangun dengan “kekuatan ruhiyah.” Sebab dengan kekuatan ini kita punya sandaran yang teguh, kokoh dan Maha Kuat, Yaitu Allah SWT. Kita ini, Laa hawla wa laa quwwata ilia billah. Kekuatan untuk membangun ada pada kekuatan yang dititipkan Allah pada kita. Untuk itu, setiap ada Kesulitan sekecil apa pun, atau sebesar apapun, akan ringan kalau dikembalikan pada-Nya.

Dengan begitu, mudah-mudahan kita akan dibimbing-Nya untuk tahu bagaimana mendaya-gunakan amanah yang ada. Semoga kita dapat membangun kebersamaan yang menumbuhkan “kekuatan ruhiyah” tersebut. Wallahua’lam.

Etos By :Jansen Sinamo

INTISARI

Sebuah kisah buruk dalam hidup kita seringkali dianggap sebagai bencana. Padahal jika kita ingat pepatah ‘Kegagalan Adalah Sukses Yang Tertunda’ maka sebenarnya kegagalan itu bisa dijadikan batu loncatan untuk meraih kesuksesan.

SMART ETOS
JANSEN SINAMO
“FENOMENA ETOS DALAM DUNIA KERJA (Perjalanan Dengan Pesawat)”
16 November 2007


INTISARI

Kali ini Pak Jansen berbagi cerita perjalanannya yang berkaitan dengan etos 8 ( Pelayanan ). Dimana saat itu Pak Jansen akan melakukan perjalanan menuju Medan. Pak Jansen kebetulan memegang tiket Frequent Fly kelas ekonomi.


SMART ETOS
JANSEN SINAMO
“BERMAIN – MAIN DENGAN HARIMAU”

2 November 2007

INTISARI

Adalah seorang pemuda yang bekerja menggembalakan kerbau – kerbau para tetangganya di desa. Setiap hari pemuda itu menggembalakan kerbau – kerbau itu dipadang gembalaan yang tak jauh letaknya dari pemukiman desa. Awalnya pemuda itu menerima tanggung jawabnya dengan penuh sukacita. Setiap hari pemuda ini bekerja penuh semangat. Dia memberi makan kerbau – kerbau itu, memandikannya sambil bermain seruling, bersenandung dan menari.

02 December 2008

iklan kita semua